• Beribadalah kamu sampai datang "Haqqul Yakin" (kematian)
Kamis, 21 November 2024

Urgensi Mempelajari Sirah Nabawiyah

Bagikan

Daftar Isi : (klik Menu untuk menuju Isinya dan klik kembali menuju ke Menu)

  1. Definisi Sirah Nabawiyah
  2. Penulisan Kitab Sirah
  3. Keutamaan Mempelajari Sirah Nabawiyah
  4. Sumber-sumber Sirah Nabawiyah

1. Definisi Sirah Nabawiyah

Secara bahasa sirah berarti at thariqah yang bermakna jalan. Dikatakan dalam bahasa Arab,

سار بهم سيرة حسنة

Dia berjalan di hadapan mereka dengan gaya berjalan yang baik.

Selain itu, sirah juga bermakna  al hay’ah (keadaan/kondisi), sebagaimana yang disebutkan di dalam Al Qur’an,

سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى

Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula (Thaha: 21)[1]

Adapun definisi sirah nabawiyah, disebutkan oleh para ulama, bahwa sirah nabawiyah adalah

دراسةُ حياة النبي – صلى الله عليه وسلم – وأخبارِ أصحابه على الجملة،  وبيانُ أخلاقِه وصفاته وخصائصه ودلائل نبوتهِ، وأحوالِ عصره

“Pelajaran tentang kehidupan Nabi shallallahu alaihi wasallam dan juga pengkhabaran tentang para sahabat beliau secara global, serta penjelasan tentang akhlaq, sifat, kekhususan, tanda-tanda kenabian, serta keadaan-keadaan di masa beliau shallallahu alaihi wasallam.”[2]

2. Penulisan Sirah Nabawiyah

Penulisan riwayat hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sejarah peperangan (maghazi) baru dilakukan setelah penulisan sunah. Namun, sebelumnya para sahabat tetap memberikan perhatian untuk melestarikan sirah dan maghazi secara lisan.

Diduga kuat orang pertama yang melakukan penulisan sirah dan maghazi adalah:

1. Urwah ibn Zubair (wafat 92 H)
2. Abban ibn Utsman (wafat 105 H)
3. Wahb bin Munabbih (wafat 110 H)
4. Syarhabil ibn Sa’ad (wafat 123 H)
5. Ibnu Syihab Az-Zuhri (wafat 124 H)

Sayangnya tulisan yang disusun kelima orang tersebut telah musnah, yang sampai kepada kita hanya berupa kutipan-kutipan yang berserakan. Konon tulisan karya salah seorang dari mereka, yaitu tulisan Wahb ibn Munabbih, sekarang tersimpan di museum Kota Heidelberg Jerman.

Berikutnya, tercatat Muhammad Ibn Ishaq (wafat 152 H), sebagai orang yang berhasil menghimpun catatan-catatan dari generasi sebelumnya dengan judul Al-Maghazi.

Meskipun kitab Al-Maghazi tersebut tidak sampai kepada kita, namun periwayatan dari kitab tersebut yang diperbaiki oleh Ibnu Hisyam (Muhammad Abdul Malik) telah sampai kepada kita, yang dikenal dengan nama kitab: Sirah Ibn Hisyam.

sumber : https://abuzahrahanifa.wordpress.com/

3. Keutamaan mempelajari Sirah Nabawiyah

Sirah nabawiyah merupakan perkara yang penting untuk dipelajari oleh setiap muslim. Bahkan hal itu merupakan bagian dari agama merupakan dan ibadah yang agung. Para ulama menyebutkan beberapa hal yang menunjukkan bahwa mempelajari sirah itu sangat penting:

3.1. Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah teladan bagi kita semua dalam segala sisi, baik itu aqidah, ibadah maupun akhlak. Allah Ta’ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab: 31)

Dan untuk bisa meneladani petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tentu tidak bisa lepas dari mengetahui sejarah hidup beliau yang mulia.

3.2. Sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi patokan benar atau salahnya amal perbuatan manusia. Barangsiapa yang mencocoki jalan beliau, maka itulah yang akan diterima oleh Allah Ta’ala. Sebaliknya yang menyelisihi jalan beliau maka akan tertolak. Dalam permasalahan ini Sufyan bin Uyainah mengatakan, sebagaimana yang dinukil oleh Al Khatib Al Baghdadi dalam muqaddimah Al Jami’ li Akhlaq Ar Rawi wa Adabis As Sami’:

إن رسول الله صلى الله عليه وسلم هو الميزان الأكبر ؛ فعليه تعرض الأشياء ، على خُلقه وسيرته وهديه ، فما وافقها فهو الحق ، وما خالفها فهو الباطل

“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah timbangan utama. Maka, segala sesuatu ditimbang dengan akhlak, sirah dan petunjuk beliau. Yang sesuai, maka itulah yang benar, dan yang berlawanan dengannya, maka itulah kebatilan.”

3.3. Dengan mempelajari Sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kita akan terbantu untuk memahami Kitabullah, karena kehidupan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan praktek nyata terhadap Al Qur`an. Dahulu ketika Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ditanya tentang akhlak Rasulullah, maka beliau menjawab :

كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ

“Akhlak beliau adalah Al Qur’an.”

Allah subhanallahu wata’ala berfirman,

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berada di atas akhlak yang agung.” (Al Qalam: 4) Dan yang dimaksud dengan akhlak di sini adalah pengamalan agama beliau, beliau telah mengerjakan petunjuk Al Qur’an secara menyeluruh dan sempurna. Beliau shallallahu alaihi wasallam telah menjalankan seluruh perintah dan menjauhi seluruh larangan yang ada di dalam Al Qur’an. Demikian juga beliau telah mempraktekkan seluruh adab dan akhlak yang disebutkan di dalamnya. Oleh karena itu, seseorang yang memahami sirah beliau niscaya akan sangat terbantu untuk memahami kitabullah.

3.4. Dengan mempelajari sirah nabawiyah, seseorang akan memperkuat cintanya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda,

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kalian sampai aku lebih dia cintai dari pada orangtuanya, dari pada anaknya, dan daripada seluruh manusia.” (Muttafaqun ‘alaihi)

3.5. Mempelajari Sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan pintu menuju peningkatan penguatan iman kita. Allah subhanahu wata’ala berfirman,

أَمْ لَمْ يَعْرِفُوا رَسُولَهُمْ فَهُمْ لَهُ مُنْكِرُونَ

“Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya?” (Al Mu’minun: 69)

Apabila seseorang mengenal Rasulullah shallallah ‘alaihi wasallam, mengenal bagaimana petunjuk serta adab dan akhlak beliau yang mulia, maka ini akan menumbuhkan keimanan bagi orang yang belum beriman, dan akan semakin menambah keimanan orang yang telah beriman.

Betapa banyak orang yang masuk Islam ketika mengetahui keindahan adab dan akhlak Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Al Imam Ahmad meriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,

وَلَقَدْ جَاءهُ رَجُلٌ ، فَأعْطَاهُ غَنَماً بَيْنَ جَبَلَيْنِ ، فَرجَعَ إِلَى قَوْمِهِ ، فَقَالَ : يَا قَوْمِ ، أسْلِمُوا فإِنَّ مُحَمَّداً يُعطِي عَطَاءَ مَن لا يَخْشَى الفَقْر ، وَإنْ كَانَ الرَّجُلُ لَيُسْلِمُ مَا يُريدُ إِلاَّ الدُّنْيَا ، فَمَا يَلْبَثُ إِلاَّ يَسِيراً حَتَّى يَكُونَ الإسْلاَمُ أحَبَّ إِلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا

“Seorang lelaki datang kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Maka Nabi pun memberikannya kambing yang berjumlah satu lembah. Orang tersebut kemudian mendatangi kaumnya lalu berkata, “Wahai kaumku, masuk Islamlah kalian! Sesungguhnya Muhammad telah memberikan suatu pemberian, dia tidaklah khawatir akan miskin”.

Meskipun awalnya orang tersebut datang kepada Rasulullah hanya untuk mendapatkan dunia, namun setelah itu, Islam lebih dia cintai daripada dunia dan seisinya.”

3.6. Mempelajari Sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membantu memudahkan memahami keseluruhan ajaran Islam. Baik dari sisi aqidah, ibadah dan akhlak. Karena kehidupan beliau sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya  adalah praktek terhadap ajaran agama Islam secara totalitas.

Beliau telah mendakwahkannya dengan upaya yang sungguh-sungguh untuk menegakkan akidah yang merupakan pondasi agama.

Maka barang siapa yang meneliti sirah beliau akan mendapatkan bahwa beliau memulai dakwah beliau dengan mengajak manusia kepada tauhid. Sekian tahun beliau menghabiskan hidup beliau untuk mengajak manusia kepada aqidah tauhid sebagaimana yang telah Allah perintahkan.

Kemudian barulah diturunkan kewajiban-kewajiban lainnya secara berangsur-angsur.

Dengan mempelajari sirah beliau, seseorang bisa mengetahui bagaimana akidah yang benar serta memahami tahapan-tahapan turunnya syariat dan bagaimana mempraktekkan agama Allah dengan benar.

Di dalam karya beliau Mukhtashar As Sirah, Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah mengatakan,

اعرف ما قصه أهل العلم من أخبار النبي صلى الله عليه وسلم وقومه وما جرى له معهم في مكة وما جرى له في المدينة ، واعرف ما قص العلماء عن أصحابه وأحوالهم وأعمالهم. لعلك أن تعرف الإسلام والكفر ؛ فإن الإسلام اليوم غريب وأكثر الناس لا يميز بينه وبين الكفر ، وذلك هو الهلاك الذي لا يرجى معه فلاح

“Pelajarilah apa yang telah dikisahkan oleh para ulama tentang Nabi shallallahu alaihi wasallam serta kaumnya, dan apa yang terjadi di antara beliau dan mereka baik ketika di Makkah maupun di Madinah. Dan pelajari pula apa yang dikisahkan oleh para ulama tentang para sahabat beliau, keadaan dan praktek amalan mereka yang dengannya semoga Anda bisa membedakan antara Islam dan kekufuran. Karena sesungguhnya Islam begitu terasing di zaman ini dan banyak sekali orang yang tidak bisa membedakan antara Islam dan kekufuran. Maka ini merupakan sebuah bencana yang tidak akan membawa kepada keselamatan.”

3.7. Di dalam Sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seseorang bisa melihat bagaimana metodologi yang tepat dalam berdakwah di atas bashirah (ilmu). Para dai yang sejati adalah orang-orang yang mempelajari dan memahami serta mempraktekkan petunjuk, langkah dan sejarah hidup beliau. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي

“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata” (Yusuf: 108)

Praktek dakwah yang tepat telah tercakup di dalam sirah nabawiyah; bagaimana beliau memulai dakwah, bagaimana adab dan akhlak dalam berdakwah, kelemah-lembutan beliau dalam berdakwah, dan perkara penting lainnya yang menjadi bekal para juru dakwah ilallah.

3.8. Sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri sudah merupakan bukti kenabian dan tanda kebenaran nubuwwah dan kerasulan beliau. Mempelajari sirah adalah perkara terbesar yang membantu seseorang untuk membenarkan dan mengimani kerasulan beliau shallallahu alaihi wasallam.

3.9. Mempelajari Sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan pintu yang agung dan diberkahi untuk memperoleh kebahagian. Kenapa? Karena kebahagiaan seseorang tergantung pada sejauh mana ia mengetahui petunjuk-petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebab tidak ada jalan menuju kebahagiaan bagi seorang hamba di dunia dan di akhirat kecuali melalui petunjuk para rasul.

Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

ومن هاهنا تعلم اضطرار العباد فوقَ كل ضرورة إلى معرفة الرسول وما جاء به، وتصديقه فيما أخبر به، وطاعته فيما أمر، فإنه لا سبيل إلى السعادة والفلاح لا في الدنيا ولا في الآخرة إلا على أيدي الرسل

Dan dari sini Anda akan menyadari bahwa mengenal Rasulullah dan ajaran yang beliau bawa, membenarkan serta mentaati beliau merupakan prioritas paling tinggi. Karena sesungguhnya tiada jalan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat melainkan melalui bimbingan para rasul.

Lalu beliau juga mengatakan,

وإذا كانت سعادةُ العبد في الدارين معلقةً بهدي النبي صلى الله عليه وسلم ، فيجِب على كلَ من نصح نفسه وأحب نجاتها وسعادتها أن يعرف من هديه وسيرته وشأنه مَا يَخْرُجُ به عن الجاهلين به ويدخل به في عِداد أتباعه وشِيعته وحِزبه ، والناس في هذا بين مستقِل ، ومستكثِر ، ومحروم ، والفضلُ بيد اللّه يُؤتيه من يشاء ، واللّه ذو الفضل العظيم

“Apabila kebahagiaan seorang hamba di dunia dan di akhirat itu bergantung pada petunjuka Nabi shallallahu alaihi wasallam, maka wajib bagi orang yang berjiwa tulus dan menginginkan keselamatan serta kebahagiaan untuk mengetahui petunjuk dan sirah (peri-kehidupan) beliau. Melepaskan dirinya dari ketidaktahuannya tentang diri Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wasallam, serta menggabungkan dirinya dengan para pengikut dan golongan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dan manusia dalam perkara ini ada yang meremehkan, ada yang menganggapnya penting, bahkan ada pula yang terhalang dari mengetahui petunjuk Nabi dan sirahnya. Dan keutamaan itu ada di tangan Allah, Allah-lah yang memiliki keutamaan yang agung.”

3.10. Di dalam sirah nabawiyah terdapat pelajaran dan nasihat-nasihat yang agung bagi manusia. Allah subhanahu wata’ala berfirman,

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (Yusuf: 111)[3]

Footnote:

[1]. Shohihul Atsar wa Jamiilul Ibr min Siirati Khairil Basyar, Prof. DR. Muhammad bin Shamil As Sulamiy, dkk. Maktabah Rawa’iu Al Mamlakah, Jeddah 1431 H – 2010 M, hal 12.

[2]. Ibid.

[3]. Demikianlah beberapa faidah dari mempelajari sirah nabawiyah yang disebutkan oleh para ulama. Bagi siapa yang ingin menginginkan tambahan penjelasan silakan merujuk kepada makalah yang ditulis oleh Asy Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Badr yang berjudul Min Fawaid Dirasat Sirah An Nabawiyah, di laman http://al-badr.net/muqolat/3071 dan juga di pendahuluan kitab As Sirah An Nabawiyah baina Al Ma’rifah wal Wajib fi Dhau’I Al Qur’an wa As Sunnah, karya Asy Syaikh Muhammad bin Ibrahim At Tuwaijiri.

sumber : https://sirahnabawiyah.tauhid.or.id

4. Sumber-sumber Sirah Nabawiyah

4.1. Al-Qur’an

Dalam mengungkap sirah nabawiyah, Al Quran menggunakan dua metode:

4.1.1. Mengemukakan sebagian kejadian dan sirah-nya. Seperti perang Khandaq, Hunain, dan pernikahan Rasulullah dengan Zainab binti Jahsy.

4.1.2. Mengomentari kasus dan kejadian sebagai jawaban atas masalah yang terjadi saat itu.

4.2. Kitab-kitab Hadits:

4.2.1. Shahih Bukhari dihimpun oleh Imam Bukhari
4.2.2. Shahih Muslim dihimpun oleh Imam Muslim
4.2.3. Sunan an-Nasa’i atau disebut juga As-Sunan As-Sughra dihimpun oleh Imam Nasa’i
4.2.4. Sunan Abu Dawud dihimpun oleh Imam Abu Dawud
4.2.5. Sunan at-Tirmidzi dihimpun oleh Imam Tirmidzi
4.2.6. Sunan ibnu Majah dihimpun oleh Imam Ibnu Majah
4.2.7. Muwaththa Imam Malik
4.2.8. Musnad Imam Ahmad
4.2.9. Para Perawi (periwayat hadits

Metode Penulisan Sirah

Aliran Objektif yang menampilkan sirahdengan menggunakan metode ilmiah yang tertuang dalam ilmu musthalahul hadits, terutama yang berkaitan dengan sanad dan matan, serta ilmu jarh wat ta’dil yang berkaitan dengan perawi, meliputi otobiografi dan catatan kepribadian mereka masing-masing.

Aliran Individualis yang lahir pada abad 19, menampilkan sirah dengan memasukkan tendensi pribadi, ideologi, keyakinan, atau pandangan politik. Mereka mengabaikan metode ilmiah yang sangat dijungjung aliran objektif dengan alasan ‘metode ilmiah’ menurut persepsi Barat.

Bagaimana Seharusnya Mempelajari Sirah?

Mempelajari sirah mengharuskan kita mempelajari seluruh aspek kehidupan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, mulai dari kelahiran, akhlak, kehidupan rumah tangga, kesabaran, perjuangan, perdamaian yang dilakukan, peperangan yang dipimpin, sikap terhadap sahabat-sahabatnya, perlakuannya terhadap musuh, serta sikapnya di hadapan gemerlap dan pesona dunia.

Untuk meraih kebenaran, kecermatan, pergunakanlah metode obyektif yang dibangun di atas metode ilmiah yang menuntut diterapkannya prinsip-prinsip penentuan riwayat, sanad, syarat keshahihan, dan sebagainya.

sumber : https://abuzahrahanifa.wordpress.com/

4.3. Kitab Sirah Nabawiyah

4.3.1. Kitab Sirah Nabawiyah Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury

4.3.2. Kitab Sirah Nabawiyah Al-Hafizh Ibnu Katsir

4.3.3. Kitab Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam

Luas Tanah+/- 740 M2
Luas Bangunan+/- 500 M2
Status LokasiWakaf dari almarhum H.Abdul Manan
Tahun Berdiri1398H/1978M