Waki’ bin Al Jarrah
NAMA DAN BENTUK TUBUH BELIAU
Waki’ ibn al-Jarrah al-Kufi, seorang tabiin ternama yang menjadi rujukan ilmu bagi para ulama besar.
Beliau lahir di salah satu kota di Asbahan pada tahun 129 H. Di antara ciri fisik beliau adalah berbadan gemuk, berwarna kulit cokelat, dan bermata juling.
Sa’id ibn Mansur menceritakan, “Tatkala Waki’ datang ke Mekah dengan postur tubuh gemuk lalu Fudail ibn ‘Iyad menyapanya, ‘(Wahai Waki’) mengapa engkau berbadan gemuk padahal engkau adalah ahli ibadahnya penduduk Irak?’ Beliau menjawab, ‘Ini karena sangat senangnya hatiku kepada Islam.'”1
Abu Ja’far al-Jamali bercerita, “Suatu ketika, kami mendatangi Waki’. Setelah beberapa saat, keluarlah Waki’ dengan pakaian yang rapi dan bersih. Tatkala kami mengamati beliau, kami terkejut dengan adanya cahaya yang gemerlap di wajah-nya, sampai-sampai ada seorang di dekatku mengatakan, Apakah dia ini seorang malaikat?’ Maka kami pun heran dengan adanya sinar rersebut.”2
PUJIAN ULAMA KEPADA BELIAU
Berkata Muhammad ibn Sa’id, “Waki’ adalah orang yang tepercaya, alim (berilmu agama) tinggi derajatnya, memiliki banyak hadist dan beliau adalah hujah.”3
Ahmad ibn Abi al-Hawari berkata, “Marwan pernah mengatakan, ‘Tidak pernah ada seseorang yang disebutkan ciri-ciri ketinggiannya kepadaku, melainkan pasti aku ketahui setelahnya bahwa semua sifat itu ternyata tidak terdapat padanya, kecuali Waki’, maka beliau lebih tinggi dari sifatsifat yang disebutkan tentangnya.”4
Yahya ibn Ma’in berkata, “Demi Allah, aku tidak pernah melihat seorang yang lebih ikhlas dalam menyampaikan hadist selain Waki’, dan aku tidak pernah melihat seorang yang lebih kuat hafalannya dibanding Waki’. Waki’ di zamannya adalah seperti al-Auza’i di masanya.”5
Abdurrazzaq berkata, “Aku pernah melihat al-Tsauri, Ibn ‘Uyainah, Ma’mar, al-Imam Malik, dan ulama-ulama yang lainnya, namun aku tidak pernah melihat seorang pun yang selevel dengan Waki’.”6
Al-Imam al-Dzahabi berkomentar, “Al-Imam Ahmad beliau adalah seorang yang sangat hati-hati dalam memberikan tazkiah (rekomendasi) dan sangat wara’ (menjaga diri) meski demikian beliau sampai mengatakan perkataan di atas tentang al-Imam Waki’, padahal beliau juga telah banyak berjumpa dengan orang-orang papan atas, seperti Husaim, Ibn ‘Uyainah, Yahya al-Qatan, mereka namun tidak memberikan pujian seperti kepada Waki’ (menunjukkan bahwa Waki’ benar-benar adalah seorang yang memiliki keistimewaan, Pen.).”7
POTRET IBADAH BELIAU
Yahya ibn Aksam berkata, “Aku selalu bersama dengan Waki’ baik tatkala beliau mukim maupun bepergian jauh (safar). Beliau selalu berpuasa sepanjang masa dan mengkhatamkan Al-Quran di setiap malam.”8
Al-Imam al-Dzahabi berkomentar, “Itu adalah ibadah yang selalu beliau tekuni. Namun, terlebih bagi seorang imam yang senantiasa ittiba’ mengikuti sunah, hendaklah ibadah semacam itu dijauhi karena telah shahih dari Rasulullah وسلم عليه هللا صلى bahwa beliau melarang untuk melakukan puasa dahr (puasa sepanjang masa), dan Rasulullah وسلم عليه هللا صلى melarang juga untuk membaca AlQuran dan mengkhatamkannya kurang dari tiga hari, karena agama ini adalah mudah, dan mengikuti sunah adalah jauh lebih utama, semoga Allah ّ وجل ّ عز merahmati Waki’, dan adakah orang yang dapat semisal dengan Waki’?”9
Yahya ibn Ayyub bercerita, “Sebagian teman-teman dekatnya Waki’ yang ke mana pun dan di mana pun Waki’ berada mereka selalu mengiringinya, mereka pernah mengatakan, ‘Sesungguhnya Waki’ tidak akan tidur malam sampai ia membaca sepertiga Al-Quran, lalu bila telah di akhir malam maka beliau shalat dan membaca surat-surat pendek, lalu beliau duduk dan memperbanyak istigfar sampai (azan) Subuh.”10
KUATNYA HAFALAN BELIAU
Bisyr ibn Musa mengatakan, “Aku mendengar Abu ‘Abdillah Ahmad ibn Hanbal mengatakan, Aku belum pernah melihat seorang pun semisal Waki’ dalam hal ilmu, kekuatan hafalan, pemaparan sanad, khusyu’ dan wara’.'” 11
Ali ibn Hasyram mengatakan, “Aku belum pernah melihat Waki’ membawa kitab di tangannya, namun beliau selalu mengandalkan hafalannya. Aku pernah bertanya (kepadanya) tentang apa resep rahasia agar hafalan bisa menjadi kuat. Beliau menjawab, Apakah bila aku beritahukan resep rahasia itu engkau akan melakukannya?’ Aku katakan, ‘Tentu saja.’ Lalu beliau mengatakan, ‘Resepnya agar hafalan kita kuat adalah jauhi maksiat.'”12
Yahya ibn Ma’in pun mengakui kekuatan hafalan Waki’. Beliau mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seorang yang memiliki kekuatan hafalan seperti Waki’.”13
Abu Hatim al-Razi, beliau pun mengatakan, “Waki’ lebih kuat hafalannya dibanding Ibn al-Mubarak.”14
Ishaq ibn Rahawaih menceritakan, “Hafalanku dan hafalannya Ibn al-Mubarak berat dan diupayakan. Adapun hafalannya Waki’ adalah murni. Beliau pernah berdiri bersandar dan menyampaikan sebanyak 700 hadist berdasarkan hafalannya.”15
GURU DAN MURID BELIAU
Di antara guru-guru beliau yang masyhur adalah: Hisyam ibn ‘Urwah, al-A’masy, Ibn Aun, Khalid ibn Dinar, al-Auza’i, al-Imam Malik, Usamah ibn Zaid al-Laisi. Sufyan al-Tsauri, Syu’bah, Ali ibn al-Mubarak, dan masih banyak yang lainnya. Dan di antara daftar murid-murid ternama beliau: Abdurrahman ibn Mahdi, Ahmad, Ibn Abi Syaibah, Abu Hanifah, al-Humaidi, al-Qa’nabi, Muhammad ibn Sallam, dan yang lainnya.16
PETUAH-PETUAH BELIAU
Berkata Waki’, “Seandainya saat ini ada seseorang yang mengaku zuhud dengan meninggalkan ‘kesenangan’ dunia seperti yang dilakukan oleh Salman, Abu Dzar, Abu alDarda’, aku tidak berpendapat berarti dia adalah ahli zuhud. Sebab, belumlah bemakna zuhud kecuali bila seseorang telah meninggalkan secara totalitas ‘kesenangan’ dunia dan dia hanya berbuat yang halal semata karena sesuatu yang halal yang sekarang kita jumpai pasti tidak akan murni 100% halal (yang tidak tercampur dengan syubhat). Maka, di alam dunia ini ada yang halal, ada yang haram, dan ada yang syubhat. Yang halal itu kelak adalah hisab (perhitungan amal) dan yang syubhat kelak adalah itab (menuai celaan). Maka, berbuatlah dengan dunia ini seperti kita berbuat kepada bangkai, ambil sebagian saja darinya sekadar utuk dapat menegakkanmu. Bila bangkai itu halal maka engkau telah zuhud darinya, bila ia haram maka engkau hanya mengambil sesuatu sekadar untuk menegakkanmu karena tidak boleh mengambil bangkai kecuali hanya sekadar untuk menegakkan badan, engkau hanya akan mendapatkan sedikit celaan.”17
Al-Imam Waki’ pernah berkata, “Orang yang berakal hanyalah orang yang mampu menggunakan akalnya untuk memahami syariat Allah ّ وجل ّ عز bukan menggunakan akalnya semata untuk memahami urusan dunianya.”18
Al-Imam Waki’ juga mengatakan, “Belum dikatakan sempurna bagi seseorang kecuali bila ia mengambil ilmunya dari orang yang di atasnya, juga kepada yang selevel dengannya, dan kepada yang lebih rendah kedudukannya dengannya.”19
WAFAT BELIAU
Ali ibn A’sam menceritakan, “Tatkala Waki’ jatuh sakit, kami menemui beliau, lalu beliau mengatakan, Aku (bermimpi) bahwa Sufyan menemuiku, dan memberikan berita gembira bahwa aku akan berada di sisinya, maka aku pun ingin segera bertemu dengannya.”20
Abu Hisyam al-Rifa’i berkata, “Al-Imam Waki’ meninggal dunia pada tahun 197 H pada hari Asyura (tanggal 10 Muharam) tatkala beliau sedang melakukan perjalanan pulang dari ibadah haji.”21
Berkata al-Dzahabi, “Al-Imam Waki’ meninggal dunia pada umur 68 tahun kurang 2 bulan.”22
Semoga Allah merahmati al-Imam Waki’ ibn al-Jarrah dan menjadikan ilmu beliau bermanfaat bagi orang-orang yang setelahnya dan memasukkan beliau dan kita semua ke dalam surga-Nya yang tinggi.” Amin. Wallahul-Muwaffiq. []
Ustadz Abu Faiz Sholahuddin Bin Mudasim هللا حف
Disalin dari Majalah Al-Furqon No.142 Ed 06 Th. Ke-13_1434 H Download > 650 eBook Islam di www.ibnumajjah.com
Referensi :
1 Siyar A’lam al-Nubala’ 9/156
2 Siyar A’lam al-Nubala’ 9/156
3 Al-Tabaqat Ibn Sa’d 6/394
4 Hilyah al-Auliya 8/370
5 Hilyah al-Auliya 8/370
6 Siyar A’lam al-Nubala’ 9/146
7 Ibid. 9/147
8 Ibid 9/142
9 Ibid. 9/143
10 Ibid. 9/148
11 Min A’lam al-Salaf: 266
12 Siyar A’lam al-Nubala’ 9/151
13 Ibid. 9/152
14 Ibid. 9/153
15 Ibid. 9/157
16 Lihat Tahzib al-Tahzib 11/110
17 Hilyah al-Auliya 8/380
18 Ibid. 8/380
19 Siyar A’lam al-Nubala 9/159
20 Siyar A’lam al-Nubala 9/166
21 Ibid. 9/166
22 Ibid. 9/166
